KEPEMIMPINAN
KRISTEN DALAM PRESPEKTIF REFORMED
Oleh : Pdt. Purwandi. M.A.C.E
I.
PENDAHULUAN
Bagaimana menyatakan
pandangan para pemimpin di kalangan kekekristenan?
Supaya saya dapat memahami
bagaimana keadan kepemimpinan yang ada sekarang ini, karena banyak pemimpin Kristen
yang berdasarkan pada nama Tuhan yang sama. Tapi pusat atau fokus mereka
berbeda-beda, misalnya kalangan karismatik bertumpu pada figur pendeta yang
dikagumi, untuk kalangan gereja-gereja yang sudah mapan kepemimpinan- nya
berupaya kepada kepemimpinan kolektif, kalangan gereja-gereja yang dikenal
Injili. Kepemimpinan di sini didukung oleh tim pengelola atau menejemen yang
andal semakin besar gerejanya semakin andal mereka mengoperasikan pelayanannya,
bahkan mereka pandai mendapat dukungan dana. Mereka juga cukup andal
menerjemahkan wacana dan visi yang sulit kedalam tindakan nyata. Namun
kecenderungan individualisme juga amat besar diantara para pemimpin mereka.[1] Menurut schwartz, pada dasarnya tiap-tiap
kelompok di atas cenderung berat sebelah dalam mengaflikasikan penghayatan
mereka tentang Allah Bapa, dan Roh Kudus.[2]
Ingatlah
perkembangan kepemimpinan bukanlah merukapakan suatu “kejadian” tetapi
merupakan suatu “proses”. Saya tidak percaya saya siap menjadi seorang
pemimimpin yang benar dan besar dalam janka waktu sehari. Itulah sebabnya dalam
makalah ini merupakan bagian dari perjalanan pergumululan saya (penulis) dalam
pelayanan selama 17 tahun di Papua yaitu tentang pemimpin yang benar, dan
kepemimpinan yang kembali kepada Amanat Agung Tuhan sebagai pelayan. Saya
dengan rendah hati dengan rasa hormat ikut serta dalam usaha keras ini, dalam
“proses” Kepemimpinan yang Reformed dengan cara mengisi diri dan belajar
kembali di STTA Lawang ini, dengan mengambil bagian dalam tantangan untuk melengkapi
diri memimpin dan melengkapi kebutuhan bagi gereja dari Yesus Kristus Sang
Pemimpin Agung.
Dalam
makalah ini saya (penulis) Akan berusaha membahas “Kepemimpinan Kristen dalam
Prespektif Reformed”, yang akan mefokuskan pada pembahasan mengenai Karakteristik
(sifat-sifat) kepemimpin kristen, karena karakteristik (sifat-sifat) akan
mendasari kepemimpinan Kristen sebagai Pelayan dalam perspektif Reformed.
Itulah yang penulis bahas dalam makalah ini.
II.
DEFINISI
Kepemimpinan
Kristen harus berbeda dengan kepemimpinan yang lainnya apa lagi Kepemimpinan
Kristen yang prespektif Reformed. Mengapa demikian? Karena Kepemimpinan Kristen
adalah Kepemimpinan Pelayanan bukan karena jabatan, bukan karena kedudukan dan
bukan juga karena kekuasaan tepai karena kasih dan hati yang diberikan Allah
kepadanya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap pakar Kepemimpinan Kristen
memberikan pemahaman tersendiri mengenai defenisi Kepemimpinan. Secara umum
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pemimpin
adalah Orang yang mempunyai banyak kelebihan diobanding manusia lainnya, dan
kelebihan itulah justru yang menjadikan pemimpin mengatasi orang lain[3].
J.Oswald Sanders Mendefinikan yaitu kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain. Orang hanya dapat memimpin orang sejauh ia dapat
mempengarui mereka.[4]
Lord Montgomery mendefinisikan Kepemimpinan sebagai berikut: “
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kehendak untuk mengarahkan orang laki-laki
dan perempuan untuk satu tujuan bersama, dan watak yang menimbulkan
kepercayaan”.[5]
Dr. Jhon R.Mott, Seorang pemimpin kaliber dunia di kalangan
mahasiswa. Memberikan definisi sebagai berikut,”Seorang pemimpin adalah orang
yang menenal jalan, yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain
mengikuti dia.[6]
Defenisi
Presiden Trauman berbunyi. “Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak
suka melakukan.”[7]
Drs.
Agus Lay, mendefenisikan pemimpin ialah
seorang yang mengetahui Tujuannya dengan jelas ( dan mempunyai keyakinan
pribadi tentang tujuan itu), serta mempengarui, mengerakkan dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.[8]
Joseph
Tong, mendefiniskan, Seorang pemimpin adalah orang menujukan jalan, seperti
untuk melakukan, membimbing, mengarahkan tindakan orang lain dengan berada di
depan dan bersama dengan orang yang dipimpinnya.[9]
Perlu
penulis sampaikan dan tegaskan di dalam bagian ini. Bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam mendefinikan Kepemimpinan secara umum. Meskipun
pembahasan atau pengalimatannya berbeda , tetapi secara esensinya menujukan
adanya kesamaan. Sedangkan Kepemimpinan Kristen merupakan campuran antara
karakeristik yang alamiah dan yang karakteristik rohani, kepemimpinan Kristen
yang dalam prefestif Reformed, alamiah
pun bukanlah muncul dengan sendirinya melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh
karena itu karakeristik ini akan mencapai keefektivitasnya yang tertingi. Jika
itu digunakan di dalam melayani Allah dan untuk Kemulian-Nya. Jadi definisi-defenisi
yang diberikan di atas itu adalah mengenai kepemimpinan secara umum.[10] Meskipun.[11] Kepemimpinan Kristen
meliputi Karakteristik-karakteristik alamiah dan Karakteristik rohani, maka masih ada unsur-unsur yang melengkapi dan
yang lebih utama dari pada Karakteristik- karakteristik itu. Yaitu Kepribadian
merupakan faktor yang cukup penting dalam
kepemimpinan alamiah.
Tetapi
Kepemimpinan Kristen dalam mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan
kepribadiannya sendiri saja, melainkan Kepribadian yang diterangi, dihembusi
dan dikuatkan oleh Kuasa Roh Kudus,[12] Kepemimpinan Kristen
adalah Pelayanan dan itu karena Anugerah Allah.
III.
TUJUAN
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Tujuan
Kepemimpinan Kristen adalah menjadikan yang utama dalam hidup.(Luk 19:10, Mat
6:33)[13] “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”,
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu”.
Kita
perlu perhatikan dalam (Yohanes 17: 4) “Aku telah mepermuliakan Engkau di bumi
dengan jalanb menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaku untuk
melakukannya.
Dalam
banyak hal sebuah kehidupan dan pelayanan Yesus adalah tentang menyusun hal
yang utama olehnya. Ketika ia mengatakan, “Biarkan orang m ati menguburkan
orang mati,”Yesus berbicara kepada mereka yang mempunyai kebutuhan agar tidak
teralihkan dari sasaran yang benar dan yang paling penting, meskipun pada
situasi-situasi yang darurat menurut perhatian kita (Matius 8:22). Ketika
temanNya Lazarus meninggal. Ia tetap memusatkan perhatianNya pada apa yang
sedang dilakukanNya, dan tidak pergi untuk menjenguknya selama dua hari. Ia
adalah seorang yang ada pada pelayanan. (Lukas 9:51).[14]
Tujuan
akhir dari kepemimpinan kristen dalam Pengembangan dan membangun kepemimpinan
kita adalah agar kita menjadi lebih efektif dengan peran kita dalam memajukan
pertumbuhan Kerajaan-Nya di seluruh Dunia!.
Yaitu Allah adalah Pusat dari segala sesuatu. “... segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). “
Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah yang bagiNya segala sesuatu dijadikan
...”( Ibrani 2:10). Kerinduan Allah ialah agar semua umat di Dunia mengenal
Dia melalui Yesus Kristus.[15]
Sebagian
besar gereja memiliki kepemimpinan, pengembalaan atau pelayanan, namun berbeda
satu sama lain dalam hal pemahaman mengenai kepemimpinan. Meskipun demikian
Alkitab pemahaman yang benar dan patut kita ikuti. Kisah para Rasul memberikan
terang mengenai Tujuan Kepemimpinan Kristen khususnya pada pasal 6 menenai
penujukan 7 pemimpin Gereja ( 7 Diaken ) dan pada pasal 20, mengenai nasihat
Paulus kepada Pemimpin Gereja (para tua-tua gereja di Efesus). Hal ini
mengambarkan kepemimpinan Kristen yang benar (sejati) memiliki strategi dalam
mencapai tujuan untuk Pembaharuan dan membangun pertumbuhan hidup Spiritualitas
reformed jemaat atau gereja yang sehat kearah Kristus, Karena Allah sebagai
sumber atau pusat kepemimpinan Krisnten yang benar (sejati).
Kepemimpinan
Kristen Reformed harus dijalankan, bukan dengan pikiran, rencana dan kekuatan manusia tetapi dengan maksud yang sesuai
dengan Tujuan yang Tuhan telah berikan
kepadanya. Oleh karena Yesus mengembangkan hal-hal yang utama berdasarkan
tujuan-Nya yaitu agar semua umat manusia di Dunia dibangun, dibaharui, diselamatkan bahkan
manusia mampu mengenali dirinya sendiri sebagai ciptaannya dan Allah sebagai
pencpita manusia sehingga manusia menyembah Allah.
IV.
KEPEMIMPINAN
KRISTEN DALAM PRESPEKTIF REFORMED
A. Kepemimpinan Kristen
yang Benar (sejati) berarti Pelayan.
Kepemimpinan
Kristen berbeda dengan kepemimpinan Dunia, seperti yang kita lihat
Sekarang di dunia ini, pemimpin
dunia biasanya mencari kedudukan yang lebih tinggi, agar mendapatkan kekuasan
untuk mengendalikan orang orang lain dan kalau perlu merugikan orang lain atau
menindas orang lain. Tetapi Yesus memperkenalkan kepemimpinan yang berpusat
pada perhatiannya adalah bagiamana melayani dan memberi keuntungan bagi orang
lain. Pemimpin yang besar adalah pelayan yang besar. tangga untuk menaiki
jenjang kepemimpinan adalah pelayanan, pengorbanan dan penderitaan.[16] Kita perhatikan (Yohanes
16:33; Matius 16:24).
Pemimpin-pemimpin
Kristen yang benar dan sejati terpanggil untuk bertanggung jawab dan membawa
keuntung dan kehidupan kepada yang dipimpinnya,”Kamu tahu, bahwa pemerintah bangsa-bangsa memerintah rayatnya dengan
tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka. Tidakah demikian di antara kamu ...”(Matius 20:25).
Tuhan
Yesus memimpin pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lain, dan terpanggil
untuk bertanggung jawab lebih tinggi dari para pengikut-pengikutnya. Tuhan
Yesus mendemontrasikan kepemimpinannyang tidak pernah puas dengan keadaan-Nya.
Pemimpin Kristen tidak hanya bertahan, dan tetap pada apa yang sudah jadi.
Tuhan Yesus mengetahui bahwa kepercayaan datang dari menyelesaikan masalah.
Kepemimpinan-Nya melalui dugaan yang normal. Mekipun Ia memulai dari hidup-Nya
dengan kehinaan, Ia mempimpin orang kepada kehidupan yang tidak pernah mereka
dapatkan.
B.
Karakteristik
Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan
Kristen selalu mempuyai pandangan pada Pelayanan, kepemimpinan yang
berpandangan kepada pelayanan, memiliki karakteristik yang berbeda dengan
pemimpin-pemimpin lain. Kita akan memikirkan dan mengembangkan karakteristik
seorang pemimpin Kristen dan harus terus-menerus dikembangkan oleh seorang
pemimpin Kristen, Karakteristik yang harus dikembangkan ialah:
1.
Displin.
Karakteristik ini
dirauh di tempat yang pertama, karena tanpa Karakteristik ini maka
karunia-karunia yang lain, betapapun besarnya, tidak akan berkembang dengan
sepenuhnya. Hanya orang yang mendisiplin dirinya yang akan mencapai daya yang
setinggi-tingginya. Seorang pemimpin dapat memimpin orang lain karena ia telah
mengalahkan dirinya sendiri.[17]
Seorang pemimpin Kristen dalam Gereja adalah sama dengan seorang
pelayan dan seorang pelayan memegang jabatan Gembala. Yohanes Calvin membedakan
antara gembala dan pengajar Bukunya Institutio sebagai berikut:
Para
gembala dan pengajar yang kapan pun tak bisa tidak ada di dalam gereja.
Perbedaan antara kedua jabatan ini menurut pengertian saya adalah sebagai
berikut pengajar tidak memegang pimpinan dalam disiplin Gereja ataupun
pelayanan Sakramen atau dalam hal peringatan dan teguran, tetapi hanya dalam
hal tapsiran Alkitab, supaya ajaran yang murni
dan sejati terpelihara diantara orang-orang percaya. Akan tetapi jabatan
gembala mencakup semua ini.[18]
Jadi Pemimpin Kristen
yang Sejati memiliki kedisiplinan rohani yang tinggi baik mendisiplin didrinya
sendiri dan mendisiplinkan ajarannya yang murni dan sejati sesuai dengan
kebenaran Alkitab, tetap menjadi tututan bagai setiap Pemimpin Kristen.
2.
Keakrapan
Keakrapan ini berkaitan
dengan “Kebersamaan”. Bagaimana seorang pemimpin dapat menuntun kelompok untuk
menguasai perasaan mereka satu terhadap yang lain agar dapat mencapai semangat
kesatuan dan kerja sama saat mereka bekerja bersama.[19] Pemimpin Kristen harus
memiliki keakrapan atau kebersamaan dengan Pemimpinya atau atasannya yairu
Tuhan sendiri sebagai pemimpin Agungnya kebersamaan atau keakrapan dengan
sesama pemimpin Kristen dan kepada semua jemaatnya.
John C. Maxwell,
mengatakan: Pemimpin sukses yang mentaati Hukum hubungan baik selalu mengambil
inisiatif. Mereka mengambil langkah pertama lalu berupaya untuk membangun
hubungan. Hal itu tidak terlalu mudah, namun penting bagi suksesnya organisasi.
Seorang Pemimpin harus melakukannya, seberapa beratpun hambatannya.[20]
Jadi keakrapan atau hubungan kebersamaan
yang baik harus diambil (dialakukan) oleh seorang pemimpin Kristen terhadap
jemaat yang dilayani agar mampu menuntun mereka kepada Jalan kebenaran Tuhan
Yesus sebagai Pemberi pimpinan.
3.
Kebranian
Keberanian
bukan berspekulasi melainkan dengan tenang memerhitungkan resiko
dan tidak takut mengambil resiko.[21]
Kebaranian yang paling sangat ditutut
dari seorang pemimpin rohani, yaitu selalu keberanaian moral dan seringkali
juga kebranian fisik. Kebranian adalah “sifat pikiran[22] yang memungkinkan orang
untuk menghadapi bahaya atau kesukaran dengan keteguhan, tanpa rasa takut atau
kecil hati”.[23]
Keberanian ini bukan
keberanian yang menyimpang dari kebenaran Firman Allah, melainkan keberanian
untuk melindunggi semua anggota jemaat yang dipimpin-nya dari ajaran sesat
dan ketidak adilan. Pemimpin Kristen
yang benar dan sejati perlu memiliki keberanian seperti yang ditunjukan oleh
Daud, si gembala muda untuk melawan para penyerang yang lalim dan tak adil.
4.
Kerendahan
Hati
Di bidang Politik dan perdagangan,
kerendahan hati bukanlah suatu Karakteristik yang diinginkan atau diperlukan.
Karena dibidang itu pemimpin mencari nama dan kedudukan. Tetapi Menurut ukuran
Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sanggat tinggi. Tidak menonjolkan
diri, tidak mengiklankan diri, adalah definisi yang diberikan Kristus untuk
kepemimpinan. Pada waktu melatih murid-murid-Nya untuk kedudukan kekuasaan pada
masa yang akan datang, Ia berkata kepada mereka, agar mereka tidak menjadi
sombong dan suka berkuasa seperti penguasa yang sewenang-wenang, melainkan
kehendaknya mereka rendah hati dan sederhana seperti Tuhan mereka (Mat
20:25-27).[24]
Begitu pula untuk
mencapai kelembutan hati yang sejati, tiada jalan lain mempunyai hati yang
diresapi rasa rendah diri dan rasa hormat terhadap orang lain.[25]
Kerendahan hati seorang pemimpin, sama seperti kerohaniannya, harus menjadi
karakter yang terus bertumbuh. Saya dapat mengabil pelajaran dari kerendahan
hati Rasul Paulus yang semakain
bertambah dengan berjalannya waktu.” Karena akulah yang paling hina dari semua
Rasul” (1 Kor 15: 9). Berapa waktu kemudian secara sukarela ia berkata,
“Kepadaku, yang paling hina diantara segala orang kudus, telah dianugerahkan
kasih karunia ini” (Ef 3:8).
5.
Kesabaran
Seorang
Pemimpin yang baik diperlukan sifat kesabaran. Kesabaran adalah keteguhan
Kristen, yaitu menerima dengan gagah dan berani segala sesuatu yang dapat
menimpa kita dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun
menjadi ke arah yang lebih tinggi. Kesabaran adalah kesangupan untuk bertahan
dengan berani dan berkemenangan, yaitu kesangupan yang memungkinkan seseorang
melampaui keadaan krisis dengan tabah, dan gembiraselalu menyambut yang tidak
kelihatan.[26]
6.
Inisiatif
Pemimpin adalah orang
yang melahirkan ide dan proyek yang baru, menanamkan konsep-konsep yang akan
telaksana kelak dengan saran-saran dari anggota kelompoknya.[27]
Karena disaat menghadapi kesulitan dan kebuntuan dalam
memimpin para anggotanya, maka dengan memiliki inisiatif yang baik akan mampu
membangun dan mengembangkan kembali kepemimpinannya yang benar dan sejati juga
kembali kepada kebenaran Firman Allah.
Selain
6 (enam) karakteristik di atas maka, Ordway Tead, juga mengemukakan 10 sifat
atau karakter Kepemimpinanyang membuatnya lebih dari orang lain,[28] yang hambir memiliki
kesamaan dengan karakteristik di atas yaitu:
1. Energi
jasmaniah dan mental yang luar biasa ( yang membuatnya memiliki daya tahan,
keuletan yang tampaknya tak pernah habis; ditambah kekutan mental dalam arti
semangat juang, mutivasi kerja, disiplin, kesabaran, ketahan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi
semua permasalahan yang dihadapi),
2. Kesadaran
akan tujuan dan arah (yang membuatnya memiliki keyakinan yang teguh akan
kebenaran dan manfaat dar semua yang dikerjakan,
3. Antusiasme
(Semangat, kegairahan dan kegembiraan yang besar,
4. Keramahan
dan Kecintaan (kasih diiringi dengan keramah-tamahan yang mempunyai pengaruh
pemimpin yang menuju sasaran tertentu),
5. Integritas
(terbuka dan merasa utuh bersatu dengan yang dipimpinnya; ketulusan dan kejujuran
untuk memberi teladan agar yang dipatuhi oleh yang dipimpinnya),
6. Penguasaan
Teknis (kemahiran tertentu agar memiliki kewibawaan dan kekuasaan dalam
memimpin kelompoknya),
7. Ketegasan
dalam mengambil keputusan ( tepat, tegas, cepat sebagaihasil kearifan yang
diperoleh dari pengaqlaman),
8. Kecerdasan
(kemampuan untuk melihat dan memahami dengan dengan baik, mengerti sebab
akibat, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat mengambil penyelesaian
disertai daya imajinasi yang tinggi dan rasa humor),
9. Ketrampilan
mengajar (menutun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan mengerakan anak buah,
serta menilai gagal atau suksesnya suatu treatment),
10. Kepercayaan
(perasaan yang timbul dari anak buah dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara
positif dan diarahkan pada sasaran yang benar).[29]
Dengan
demikian, seperti yang telah jelaskan dalam definisi diatas seorang pemimpin
adalah seorang yang memiliki kelibihan lebih banyak dari pada orang yang lain,
khususnya yang dipimpinnya. Bagaimana dengan Kepemimpinan Kristen dalam
prespektif Reformed, meskipun di atas telah penulis singung sedikit mengenai
hal tersebut namun disini penulis ingin menekankan pada Kepemimpinan Kristen
dalam prespektif Reformd.
C.
Kepemimpinan
Kristen Dalam Presfektif Reformed
Sekarang Banyak
pemimpin Kristen yang telah menyimpang dari kebenaran Firman Allah, yaitu
mereka berfokus pada diri sendiri, dan untuk kepentingan pribadinya bahkan
mengabaikan panggilan sebagai pemimpin kristen, yang seharus sebagai pelayan
namun sekarang mereka menjadi bosnya.
Ketika berbicara
tentang Kepemimpinan Kristen yang dalam Presfektif Reformed, maka hal ini tidak
dapat dipisahkan dengan Pelayan atau hamba. Pemimpin Kristen yang benar
(sejati) dan yang Reformd adalah mendeladani kepemimpinan dari Tuhan Yesus, yaitu
sebagai pelayan (hamba), sesuai dengan Alkitab. Terry Taylor, mengatakan:
“Pemimpin Rohani sejati adalah orang yang telah mengalihkan fokus dari diri
sendiri untuk melayani orang lain, tanpa pamprih, dan membuat mereka seperti
pahlawan.[30]
Jelas bahwa pendapat taylor in telah
dipengaruhi oleh pemahaman Kepemimpinan Hamba yang terdapat dalam Alkitab.
Kepemimpinan
Kristen adalah kepemimpinan yang melayani seperti yang ditegaskan oleh Tuhan
Yesus, “Barang siapa terbesar diantara
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (matius 23:11).
Pada perjamuan
terakhir, Yesus ingin membentuk pelayanan dengan mencuci kaki murid-muridNya
termasuk Yudas Iskariot, seorang mengkhianatiNya. Yesus menujukan pada kita
bahwa pelayanan dimulai dari seorang pemimpin yang sejati (benar) perhatikan
dalam (Yohanes 13:3). Tuhan Yesus
menempatkan Dirinya dan dengan rela dan tidak memaerkannya. Ia mengerti
panggilanNya, dan rela menyerahkan diriNya untuk pelayanan tersebut. Ia tidak ada
satupun orang yang dirugukan, tidak ada satupun bukti untuk mengambil
keuntungan dari orang lain, dan tidak ada satupun untuk disembunyikan dari
pelayananNya. Dari seluruh kehidupan dan kepemimpinan Pelayanan Yesus adalah
tentang rencana hal yang utama dan hidup oleh pelayanan Yesus, Yesus rela
mengorbankan hidupNya agar yang dipimpin mendapatkan hal utama dan hidup.
Kepemimpinan yang melayani adalah
merupakan Pengabdian yang harus terus diupayakan oleh seorang pemimpin. Bahwa
Pemimpin/atau Raja pada dasarnya harus mengabdi kepada rakyat,[31] hal ini terungkap dalam
kesaksian Alkitab berikut ini :
Mereka berkata” Jika hari
ini engkau mau menjadi hamba rakyat mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata yang
baik, maka mereka akan menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu” ( I Raja-raja
12:7).
Namun sayang nasihat para tua-tua
itu tidak di indahkan oleh Raja Rehabeam, hal seperti itu harus penjadi
perhatia para Pemimpin Kristen yang benar dansejati.
Seorang Pemimpin
dapat menjadi pemimpin yang melayani apabila ia memiliki hati yang terdorong
untuk melayani dengan penuh kasih, “ melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala,” (Matius
9:36).
Serang pemimpin
yang melayani hanya dapat melakukan pelayanan itu bila ia bisa menghayati makna
perannya sebagai orang yang melayani. Pemimpin yang melayani melakukan
pelayanan itu karena dengan melayani orang-orang, maka ia membuka kesempatan
agar orang yang ada di sekitarnya memiliki kebebasan lebih luas untuk
berkembang atau tranformasi. Dengan bahasa sederhana ia dapat menjadi pemimpin
yang melayani bila memiliki hati yang melayani.[32]
Artinya seorang
pemimpim mampu meletakan kebutuhan dan minat orang lain diatas minat dan
kebutuhanya sendiri. Sering kali seorang pemimpin melakukan hal seperti karena
ia merasa pernah dilayani oleh orang lain, mengalami pemulihan karena pernah
ditolong oleh seorang pemimpin atau mampu mengembangkan visi yang tajam karena
dialog dengan seorang pemimpin Kristen dan yang lainnya. Semua orang dapat
menjadi pemimpin yang melayani dengan benar (sejati) karena mampu menghayati
Kasih dan Anugerah Tuhan baginya.
Seorang pemimpin yang melayani
sangat peduli pada pertumbuhan dan dinamika kehidupan umat Tuhan yang
dipimpinnya serta komunitasnya. Karena itu ia mendahulukan pelayanan dari pada
pencapaian ambisi pribadinya atau pola dan kesukaannya saja. Tetapi impiannya
ialah agar orang-orang yang mereka layani mendapatkan kehidupan, keuntungan dan
lebih dari itu yang dilayani akan menjadi pemimpin yang melayani orang lain
juga seperti dirinya bahkan dengan harapan lebih baik dari dirinya.
Kepemimpinan Kristen antara
pelayanan terhadap Allah dan pelayanan terhadap sesama manusia. Yang jelas: tugas pimpinan Kristen "bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani" dan menjadi gembala yang tidak "memerintah atas mereka yang
dipercayakan" kepadanya, melainkan yang "menjadi teladan" (bdk
Mat 20:25-28, Mrk 10:45; Yoh 13:5-15 dll), dan tidak menggunakan paksaan
melainkan kesukarelaan (bdk 1 Petr 5:2-4). Disini gereja harus menjadi teladan
untuk dunia tentang kepemimpinan yang sebenarnya, dan bukan sebaliknya
(menerapkan struktur-struktur kekuasaan dan penindasan duniawi dalam gereja).
Kepemimpinan dan administrasi adalah untuk melayani.
Tentu saja pelayanan
seorang pemimpin gereja terutama dipahami sebagai pelayanan kepada Tuhan. Namun
dimensi vertikal ini tidak pernah terlepas dari dimensi horisontal, karena
tidak ada jalan lain untuk melayani Allah kecuali melalui melayani sesama
manusia. Kita selalu harus mengingatkan
diri dan para pemimpin kristen bahwa konsep pelayanan ini memutarbalikkan
struktur pikiran dan struktur hirarki masyarakat kita: seorang pemimpin baru
menjadi pemimpin kalau ia merendahkan diri menjadi seorang pelayan,(sulit!).
Karena pelayanan seseorang pemimpin bukan
hanya masalah antara dia dan Allah, melainkan "masalah duniawi"
(antar manusia), pelayanannya harus juga diukur dengan kriteria-kriteria
duniawi. Jangan sampai kata "melayani" hanya menjadi kata kosong
untuk menyelubungi kekurangan dalam melakukan kerja dan menggunakan kuasa kita
secara bertanggungjawab (ada yang sudah "alergi" dengan kata
"pelayanan" dalam gereja).
Pendekatan
Kepemimpinan Kristen benar (sejati)
adalah kepemimpinan pelayan menciptakan semangat ikut memiliki, keterlibatan,
dan kometmen di antara orang-orangnya.[33] Jemaat atau yang dipimpin
melakukan pekerjaan karena mereka memang menghendakinya. Jemaat akan mempunyai sikap, “jika hal itu
baik untuk memimpin, itu juga berarti baik untuk kita.” Jemaat tidak hanya
menjadi jauh lebih mudah untuk ikut memiliki nilai-nilai cita-cita pemimpinnya,
tetapi merasa memiliki kepemimpinan juga akan mengerakan kerterlibatan dan
kometmen anggota jemaat sepenuhnya. Sebab kepemimpinan pelayan yang terfokus
pada Tuhan jauh lebih efektif untuk mendapatkan hasil tujuan jangka panjang.
Karena hal ini lebih condong kearah dialog atau bersifat dua arah, antara
pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan
kristen yang melayani memiliki visi yang jelas yaitu suatu kepercayaan didiri,
kesadaran diri, dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu
tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama
orang orang yang dipimpinnya.[34] Pemimpin pelayan mengerti
bahwa membagikan pengetahuan ialah rahasia menuju keberhasilan kepemimpinannya,
maka mereka membagikan visi dan pengetahuannya secara terbuka, dan dengan murah
hati.
Kepemimpinan
Kristen yang Benar dan sejati sesuai dengan Firman Allah harus dapat menjadi Teladan dengan sepenuh hati dan tanpa
menyesali melakukan kepemimpinan sengai pelayan yang menjadi teladan bagi
mereka yang di layani. Teladan dalam hal Ajarannya yang benar sesuai Firman
Allah (Kisah Para Rasul 20:25), Dapat mencapai Tujuan kepemimpinan pelayanannya
dalam merangkul semua Jemaatnya, baik tetap maupun pengunjung yang baru dalam
ibadah dan masyarakat yang ada di sekitarnya, Juga menjadi Teladan dalam Tinkah
lakunya. Ia mampu meberikan seluruh hati, jiwa dan pikiranya untuk
pelayanannya. Baik di gereja, dirumah dan di masyarakat.
Bagaimana
Pemimpin Kristen yang melayani mampu membangun kometmen dalam diri para
pengikutnya pada satu visi bersama? Berikut ini pernyataan Jerry C Wofford:
Membangun
kometmen pada suatu visi lebih daripada sekedar menyampaikan informasi.
Komitmen yang dibutuhkan adalah didikasi para anggota pada tujuan yang lebih
besar daripada diri sendiri mereka sendiri. Memang sulit membayangkan ada
organisasi yang tujuannya lebih mengugugah
dari pada organisasi yang berusaha memajukan kehendak Kristus. Saya
tidak dapat membayangkan sebuah organisasi sekuler mempunyaio misi yang
sebanding dengan organisasi yang membawa orang kepada Kristus, menyiapkan
mereka untuk melayani, membangun pemahaman akan Sabda Tuhan, dan memuliakan
Tuhan kita. Tidak ada yang lebih mulia daripada itu. Pemimpin
harus mengorbankan hasrat yang membara untuk mencapai tujuan ini dan mengubah
fokus hidup para anggotanya pada pencapaian mereka. Tujuan ini membutuhkan
kometmen yang lebih daripada sekedar intelektualitas. Mereka juga harus
melibatkan perasaan mereka. Pemimpin harus mencurahkan diri seluruhnya pada
visi dan harus mendapatkan dukungan kometmen yang sama dari orang lain. Antusiasme, kegairahan, inpirasi optimisme ini semua baru
sebagian kecil dari ciri yang membentuk kometmen. Bahkan para pemimpin yang
biasanya tidak digambarkan seperti itu akan menujukan ciri tersebut ketika
berbicara tentang visi yang telah memikat hati mereka sendiri.[35]
Selaian hal-hal diatas
tadi, Kehidupan seorang pemimpin harus terus menuntut untuk
mengisi diri dan belajar, bagaimana
memimpin dengan benar dan mencapai tujuannya sesuai dengan Tujuan Allah.
Kehidupan pemimpin adalah kehidupan yang menutut penyelarasan Visi dan misi
Allah dengan penerapan sesuai Perkembangan zaman ini, dengan tetap
mempertahankan Prinsip-prinsip Alkitab. Karena Orang menuntut pemimpin. Sebagai
tambah untuk berhasil, tambah kita memimpin, dan tambah orang akan menuntut
kita. Maka mengisi diri sendiri harus menjadi perhatian kita sebagai pemimpin
secara khusus. Seringkali Yesus
meninggalkan kerumunan banyak orang, orang-orang yang kepada mereka yesus utus
untuk melayani dan pergi ke tempat yang sunyi. Ia mengetahui bahwa waktu
menyendiri bersama BapaNya di Sorga memampukanNya untuk mengembaliklan
pandanganNya dan mengisiNya untuk menghadapi apa yang akan datang. Jika Yesus
perlu mengisi diriNya sendiri, apalagi kita sebagai manusia yang banyak sekali
kekurangan dan ketidak mampuan kita.
Namun tidak cukup jika
seorang pemimpin Kristen hanya percaya kepada karunia yang diberikannya. Ia
juga bertanggung jawab untuk mengembangkannya, untuk memperbaiki kekurangannya
dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang
dihadapinya. Sering kita merasa kalau kita sudah mencapai pososi tertentu tidak
perlu lagi kita belajar. Sebaliknya, semakin tinggi posisi kita dan
semakin besar tanggung jawab kita, semakin banyak kita harus belajar. Misalnya
sering diabaikan bahwa seorang pendeta yang memimpin jemaat atau sebuah
struktur gereja bersama dengan orang lain tidak hanya membutuhkan dasar
teologis yang cukup kuat, tetapi juga misalnya kepandaian menajemen atau
pengelolaan. Disini juga masih terletak salah satu kekurangan dalam pendidikan
teologi. Dari kompetensi yang seharusnya lebih dikembangkan saya ingin
menekankan kompetensi sosial atau kompetensi komunikasi, termasuk kompetensi
untuk menangani konflik secara konstruktif. Ia harus mampu untuk menjadi
moderator atau mediator dalam konflik, dari pada hanya menghindari atau
menekankan konflik, atau bahkan menyebabkan konflik dan melibatkan emosi
pribadi. Ia berada dalam posisi yang paling berpengaruh untuk mendukung atau
menghindari perkembangan suatu kultur kritik dan konflik yang konstruktif dalam
gereja. Semua ini adalah kompetensi-kompetensi yang dapat dilatih, dan dalam
dunia modern dan semakin rumit tidaklah cukup kalau seorang pemimpin sudah puas
dengan karunianya dan pengalamannya.
Kekuatan terbesar
seorang pemimpin ialah visi pribadinya, yang dikomunikasikan dalam contoh
kehidupannya sehari-hari.[36] Sebab kehidupan yang
nyata dari seorang pemimpin itu yang akan menjadi perhatian dan akan dijadikan
figur atau teladan bagi para anggotanya.
Jadi
Seorang Pemimpin Kristen yang baik, benar, sejati dan yang Reformed adalah
seorang pemimpin hadir untuk melayani orang lain. Dan hidupnya seorang pelayan
adalah hanya untuk tuannya. Maka segala keperluannya adalah bukan
keperluan/kepentingan dirinya sendiri dalam hidupnya, melainkan untuk
kepentingan tuannya.
Kepemimpinan Kristen
antara teladan dan perubahan. Dalam bagian terakhir ini kita melihat
kepemimpinan Kristen dalam ketegangan yang harus menjadi teladani dan upaya
untuk menjamin kontinuitas dan tradisi gereja di satu sisi, dan menjadi motor
perubahan dan transformasi sosial di sisi lain.
Di sini , seorang pemimpin Kristen harus selalu sadar bahwa formalisme aturan,
kelembagaan yang statis dan sikap yang eksklusif adalah lawan gereja sebagai
gerakan misi Allah dan dinamika Roh Kudus. Injil Yesus Kristus selalu menantang
kita sebagai pemimpimpin kristen untuk menerobos dan mentransformasikan
nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan kita sesuai dengan inti perintah kasih
terhadap Allah dan sesama manusia. Disini kepemimpinan gereja harus selalu siap
untuk membaca tanda-tanda zaman, memiliki "krisis indra" dari pada
hanya sibuk dengan masalah-masalah intern gereja. Kepemimpinan Kristen benar
harus mendengar, mengangkat dan menyuarakan suara-suara kenabian dalam gereja
sehingga gereja dapat menjadi motor untuk perubahan atau transformasi
masyarakat, dan sekaligus berani untuk ditransformasikan atau mengalami
perubahan sesuai dengan konteks di mana kita berada.
Pemimpin Kristen yang
benar (sejati) selalu siap dibaharui, sebagai prinsip dan pusatnya adalah Allah
dan firman-Nya dalam hal Kepemimpinan gereja Reformed sangat menekankan pada
kepemimpinan Kristen dalam membangun kerohanian diri yang siap selalu dibaharui
dengan Allah dan Firman-Nya sesuai dengan panggilan Roh Kudus. Karena
kepemimpin Kristen Reformed adalah kepemimpinan yang bersifat dinamis dan
selalu membutuhkan pembaharuan yang sejati, mampu mengitegrasikan pikiran,
hati, intelek, dan emosi dalam kenyataan hidup yang tanpa membeda-bedakan yang
lainnya, melainkan tetap melayanani semua yang dipercayakan dengan penuh
tanggung jawab dan semua adalah yang utama dan dihormati baik yang dilayani dan
mentaati Allah dengan sempurna.
V.
KESIMPULAN
Dari
beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan yang
akan terus membangunan pemahaman yang benar tentang konsep dalam hal
Kepemimpinan Kristen dalam perspektif Reformed dan membangun serta menghargai
pelayanan yang telah di Anugerahkan Tuhan, dalam Kepemimpinan Kristen yang
benar (sejati) Yaitu:
1.
Seroang pemimpin
Kristen Yang benar (sejati) harus terus mengembangankan dan membangun
Krakteristik dan kepribadiana yang benar sesuai dengan Kebenaran Firman Allah.
Sehingga mampu membangun dan mengembangkan Pelayanan yang penuh kerendahan hati
untuk memimpin umuat Allah kejalan Kebenaran Allah.
2.
Seorang Pemimpin yang
benar (sejati) pada akhirnya datang pada titik dimana mereka melayani dan memberi otoritas orang lain pada
keinginan dan semangat mereka. Kadangkala, seorang pemimpin datang hanya
mencari orang lain dan turut membagi keinginan yang sama. Satu hal yang pasti
Pemimpin yang benar (sejati) selalu berhubungan dengan orang lain. Inilah yang
membedakan pemimpin Kristen dengan pemimpin yang lainnya.
3.
Sangat penting bagi
para pemimpin Kristen yang benar (sejati) mengembangakan keahlianya agar dapat
memimpin secara efektiv. Bagaimanapun juga, ada beberapa karakteristik dan
kualitas hati yang penting yang harus dibangun setiap pemimpin dalam kehidupan
pelayanan mereka lebih dahulu dan juga terus bersadar kepada Tuhan Yesus
sebagai Pemimpin Agungnya.
4.
Kepribadian yang baik
dan ketulusan hati sangat diperlukan. Kerena kepribadian dapat disebut juga
kepemimpinan diri sendiri. Ketika kita dapat memimpin diri kita sendiri dengan
baik, orang lain mungkin ingin mengikuti. Hal tersebut merupakan dasar
kehidupan untuk membangun kehidupan seorang pemimpian Kristen yang melayni
dengan benar (sejati). Ini semua dimulai dengan Karakeristik dan kepribadian, sebab kepemimpinan Kristen
dijalankan atas dasar kepercayaan baik kepercayan kepada Allah dan dari
jemaatnya. Jika seorang tidak percaya kita,
maka mereka tidak akan mengikuti kita. Keuntungan seorang yang memiliki
karakteristik dan kepribadian yang baik itu semua tidak terlepas dari Anugerah
Allah.
Pemimpin Kristen
yang benar (sejati) harus belajar memimpin sebaigai pelayan seorang gembala
yang selalu diperbaharui dan membangun, seperti Tuhan Yesus mengenali semua
murid-muridNya satu persatu. Pemimpin Kristen benar (sejati) mampu mengenali
setiap anggota jemaatnya serta membangun rohaninya dengan baik.
Daftar
Kepustakaan
Abednego
Benyamin, Liku-liku Kepemimpinan Kristen, Yakin Surabaya,
Calvin
Yohanes, Institutio, BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008
Chandra
Robby, Landasan Pacu Kepemimpinan,Gloria Graffa, Yogjakarta, 2004
Gangel
O. Kenneth, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Gandum Mas, 1999.
Goloeman
Daniel,Richard Boyatzis,Annie Mckee, Kepemimpinan Berdasarkan
Kecerdasan Emosi, Gramedia Jakarta, 2005.
Lowney
Chris, Heroic Leadership, Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Maxwill
C. John, The 21 Irrefutable Laws Of Leadership (21 Hukum Kepemimpinan
Sejati), Interaksasa.
Maxwill
C. Jhon, Million Leaders Mandte, Buku Catatan 6,
Octavianus
P, Manajemen dan Kepemimpinan Me4nurut Wahyu Allah, Literatur YPPI
Malang, 1997.
Reesor
Lerry. Million Leaders Mandate, Buku Catatan 6.
Sibuarian
Togardo, Sola Gratia dan Pergumulan Masa kini, STT, Bandung, 2007.
Sanders
J. Oswalds, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979.
Souza
D` Anthony, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu Nagarawa Graha
Indramas, 2007.
Tong Joseph, Diktat Matakuliah Teori
Kepemimpinan dalam Perspektif Pastoral,
STT.Alethea, Lawang, 2011.
[1] Robi Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, (Gloria Graffa, Yogjakarta,
2004) hal 23-24
[2] Ibid, landasan Pacu kepemimpinan, hal 26.
[3] B.Kreysen Purba, Sola Gratia dan Pergumulan Masa Kini,(STT Bandung,
2007), Hal 219.
[4] J.Oswald Sanders, Kepemimpin Rohani, (Yayasan Kalam Hidup ,1979) hal
20.
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] DR. P. Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu
Allah,(Literatur YPII, 1997) hal 65
[9] Joseph Tong, Diktat Matakuliah Teori Kepemimpinan dalam Perspektif
Pastoral, STTA Lawang 2011, hal 4
[10] Ibid,Kepemimpinan Rohani , hal 21
[12] Ibid
[13] Dr. John C. Maxwell, Sepuluh Unggulan Prinsip dasar Kepemimpinan dari
Yesus, Edisi Buku perkenalan, (Mellion Leaders Mandate) hal 1
[14] Ibid, Sepuluh Unggulan Prinsip Dasar Kepemimpinan Dari Yesus, Hal 1-2
[15] Dr. Larry D. Reesor, Tujuan Puncak dari Kepemimpinan Mengenapi Amanat
Agung,(Buku Catatan 6), Million Leadrs Mandate , Hal 31
[16] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugrerah Allah, Dalam
Buku(Sola Gratia dan pergumulan Masa kini), STT. Bandung, 2007, Hal 228
[17] J.Oswald Sanders, kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979, hal
49.
[18] Yohanes Calvin, Institutio,BPK
Gunung Mulia Jakarta, 2008. Hal 243.
[19] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan Gandum
Mas, 1998, hal 101.
[20] John C. Maxwill, The 21
Irrefutable Laws Of Leadership,(21 Hukum kepemimpinan Sejati), Interaksara,
Batam centre, hal 191
[21] Dr. Anthony D`Souza, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu
Nagawarsa Graha Indramas, 2007,h 94.
[23] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979,
hal 60,
[24] Ibid, Kepemimpinan Rohani, hal 62.
[25] Yohanes Calvin, Institutio, BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008, hal 152.
[26] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup,1979,
hal 69
[27] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan
Gandum Mas, 1998, Hal 102
[28] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugerah Allah, Dalam Sola
Gratia, STT Bandung, 2007, hal 224-245.
[29] Ibid
[30] Ibid, B. Kreysen Purba, Sola Gratia, hal 226
[31] Benyamin Abednego, Liku-liku Kepemimpinan Kristen, YAKIN, Surabaya,__ hal 66.
[32] Robby Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, Gloria Grafa, Yogyakarta,2005,
Hal 59
[33] Dr. Anthony D’ Souza, Proactve Visionary Leadership, PT Trisewu
Nagawarsa Jakarta,2007, hal 02.
[34] Daniel Golleman, Richard Boyatzis, Annie McKEE , Kepemimpinan
berdasarkan Kecerdasan Emosi, (Gramedia Jakarta), 2005 hal 69.
[35] Dr. Anthony D` Souza, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu
Nagawara Graha Indramas, 2007 hal 93-94.
[36] Chris Lowney, Heroic
Leadership, Gramedia Pusta utama, Jakarta, 2005, hal 22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar